Melihat baru percaya atau percaya sebelum melihat. Manakah yang lebih penting dalam wirausaha?
Pola pikir melihat baru percaya
Banyak orang masih ragu menjadi seorang wirausahawan, mereka memilih untuk melihat apakah ada hasil atau ada banyak temannya sukses sebelum memutuskan terjun berwirausaha. Itupun pakai lama pikirnya, enggak salah sih tapi terkadang kesempatan terbaik sudah lewat.
Mengapa hal ini terjadi? Ini karena mereka terbiasa dengan pola pikir akan lebih yakin dengan adanya bukti nyata di depan mata dalam waktu dekat. Daripada hanya konsep yang perlu usaha, uji coba, jatuh bangun dan hasilnya bisa tahunan atau bahkan gagal. Maka itu muncullah istilah melihat hasil baru percaya.
Itu sebabnya banyak orang memilih jadi karyawan biasa karena lebih percaya gaji yang mohon maaf walaupun terkadang kecil tapi pasti didapat setiap bulan. Daripada potensi hasil usaha yang bisa berlipat ganda tapi baru di atas kertas. Sesungguhnya pola pikir ini ada bagusnya juga di kasus dan momentum yang tepat.
Pola pikir percaya sebelum melihat
Berbeda dengan orang-orang sebelumnya bagi mereka yang percaya sebelum melihat umumnya meyakini dengan teori-teori, kadang-kadang konsep-konsep dan bahkan ilmu praktis lapangan dalam bidang wirausaha yang dibaca atau diketahui dari teman.
Orang-orang ini bisa sukses besar jika memiliki visi bisnis jangka panjang, cepat tanggap, pakai logika kritika dan analitika dalam memutuskan suatu peluang. Mengapa hal ini terjadi? Umumnya mereka-mereka yang sukses adalah aktif membaca, ikut seminar dan berdiskusi mencari tahu tentang best practice di bidang wirausaha.
Yang lebih bagus lagi adalah mereka yang memiliki coach dan mentor di bidang yang digeluti. Tetapi akan sangat celaka jika orang yang punya pola pikir ini adalah sangat mudah percaya tanpa pakai logika, kritika dan analisa terhadap suatu peluang yang disampaikan kepadanya oleh orang yang jago cuap-cuap tapi berniat menipu.
Contohnya orang yang mudah percaya sebelum melihat jika bermental FOMO atau Fear of Missing Out atau kiya su dalam dialek Tionghoa Singapura yang berarti takut kalah akan berpotensi menghadapi masalah. Banyak contoh orang dewasa yang banyak terjebak karena mau untung besar instan, kehilangan duit bahkan bangkrut di bidang money games, robot trading, saham gorengan, crypto dan lainnya/
Manakah yang lebih penting konsep melihat baru percaya dan percaya baru melihat? Itu laksana pola mengerem dan mengegas dalam perjalanan dengan kendaraan.
Orang yang melihat baru percaya akan butuh waktu lama memulai dan lebih lama sampai di tujuan. Tapi umumnya sedikit lebih aman. Sebaliknya orang yang percaya sebelum melihat, akan suka ngegas memang berpotensi lebih cepat memulai dan sampai di tujuan. Tetapi juga sering berpotensi tabrak dan jeblok di tengah jalan.
NASEHAT BIJAK
Sebaiknya ketika mau memulai bisnis atau wirausaha pakailah keduanya secara proporsional di momentum yang tepat. Pakai konsep percaya sebelum melihat untuk melihat visi dan potensi bisnis besarnya dalam jangka panjang. Sementara pakai konsep melihat baru percaya pada saat mencari sumber referensi.
Termasuk juga menggunakan logika, kritika dan analitika dengan baik dan benar dalam memilih nasehat ahli, mentor khususnya siapa partner bisnis kita sebelum memulai bisnis atau wirausaha. Jika semua beres Anda baru ngegas eksekusi sesuai dengan strategi dan rencana tetapi sepanjang jalan Anda tetap harus waspada dan evaluasi. Setuju?