Di zaman ini masih ada juga segelintir orang yang beranggapan bahwa apapun yang terjadi pada dirinya termasuk juga kesehatan adalah karena kehendak Tuhan. Dan jika dirinya beriman dan selalu berdoa, maka penyakit apapun akan menjauh.
Jadi buat apa punya asuransi? Pemahaman ini tentu sah-sah saja di alam demokrasi karena setiap orang punya hak atas persepsi masing-masing. Tetapi jika tinggal di perkotaan dan hidup di alam metropolis, maka pemikiran seperti ini mungkin harus segera dievaluasi ulang.
Mengapa para ahli agama yang tinggal di kota saja, banyak yang punya asuransi? Padahal beliau-beliau sangat ahli dalam urusan yang berkaitan dengan Tuhan bahkan beberapa pemuka agama tertinggi dunia ketika sakit harus berobat di rumah sakit terbaik.
Tentu semua perlu biaya. Asuransi adalah salah satu jawabannya. Di zaman modern ini baik yang ahli agama maupun masyarakat yang religius tetapi rasional, sangat menyadari bahwa risiko keuangan diri dan keluarga bukan hanya bisa dicegah selalu dengan berdoa saja.
Tetapi juga harus ada aksi nyata seperti menjaga pola hidup sehat serta menggunakan asuransi untuk mengantisipasi besarnya biaya pengobatan yang berkepanjangan jika terkena kondisi kritis seperti kanker, stroke, gagal ginjal, dan juga potensi kecelakaan yang sangat tidak bisa diproyeksikan.
Setidak-tidaknya kalau memang tidak mampu asuransi biasa kita harus punya BPJS. Potensi meninggal mendadak di zaman ini bukanlah selalu datang karena sakit keras, juga tetapi bisa saja akibat terkena penyakit yang sangat mematikan seperti di masa kelam covid-19. Maupun potensi kecelakaan sehingga kita perlu siapkan dana cadangan untuk biaya hidup keluarga selanjutnya di masa depan.
Itu semua ada di dalam tanggung jawab kita sebagai manusia modern agar keluarga kita tidak terbebani biaya dan memiliki kemampuan keuangan untuk melanjutkan hidup di masa depan.
Jadi jelas-jelas ini bukan tanggung jawab orang lain apalagi Tuhan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan serta keuangan keluarga kita. Setuju? Ini bukan mitos tetapi fakta !